Umumnya, untuk menerbangkan pesawat militer berteknologi terkini, para penerbang harus memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus yang tinggi agar dapat memaksimalkan seluruh kemampuan pesawat tempur yang ia tunggangi. Belakangan, sistem tak berawak telah membebaskan pilot dari kewajiban mengendarai pesawat dan melakukan misi tempur berbahaya walau pilot dengan kemampuan tertentu tetap harus berada di kemudi, meski dari jarak jauh. Namun itu akan segera berakhir. Sistem pesawat tempur eksperimen yang sedang dikembangkan angkatan laut AS bersama Northrop Grumman yakni X-47B tidak akan dikemudikan oleh pilot dari jarak jauh. Ia hampir seluruhnya diterbangkan secara otomatis.
Keterlibatan manusia tidak lagi menggunakan kokpit jarak jauh, cukup hanya sebatas mengklik pada mouse saja. “X-47B akan dipiloti tidak oleh manusia dalam kokpit jarak jauh, melainkan oleh 3,4 juta baris kode program,” kata Janis Pamiljans, Vice President Northrop yang menangani teknologi Unmanned Combat Air System Demonstration, seperti dikutip dari Wired, 13 April 2011. Pamiljans menyebutkan, fungsi-fungsi lainnya bisa ditangani oleh personel yang bukan pilot karena mereka hanya perlu sekali klik mouse untuk menyalakan mesin, satu klik untuk memacu pesawat, satu klik untuk tinggal landas, dan lain-lain. Namun demikian, menurut Jaime Engdahl, seorang kapten pilot penerbang angkatan laut menyatakan, ada satu hal yang perlu dipelajari lebih lanjut yakni mendaratkan pesawat di kapal induk yang sedang berlayar di laut. “Pendaratan seperti ini sangat spesial dan sangat spesifik. Untuk itu aspek otomatis pada pesawat ini harus disesuaikan dengan tiap kondisi,” ucapnya.
Hal lain yang juga perlu diuji coba secara mendalam adalah seputar persenjataan. Sebagai informasi, pesawat ini mampu membawa senjata dengan bobot hingga 2,25 ton. Padahal, kata Engdahl, pesawat ini menggunakan autopilot selama 100 persen durasi penerbangan.
0 komentar:
Posting Komentar